Bunga Rampai Kehidupan

Perjalanan hidup kan selalu berjalan. Kita tidak bisa memilih harus selalu suka atau duka, karena kita harus terus melangkah. Warna yang tercipta selama perjalanan akan selalu menghiasi dan mengiringi jejak, tak peduli senang ataupun sedih............

Ads Here

Senin, 27 Desember 2010

Setengah

bulan sabit takkan bersinar terang sebagaimana terangnya bulan purnama. begitupun dengan matahari, sinar pagi takkan seterang siang. senjapun demikian, cahyanya takkan seterang cahaya siang.
ada beberapa hal menarik dari pernyataan di atas. bulan purnama dikenal dengan bulan tanggal 15, tanggal 15 merupakan pertengahan tanggal pada satu bulan. siang juga terletak di tengah hari, sedang senja dan pagi berada pada posisi pinggiran hari, bukan tengah hari. kiranya ada beberapa hal yang dapat dijadikan pelajaran bagi semua bahwasanya sesuatu yang tidak berada di tengah, akan sulit berkembang dan sulit berpendar dengan leluasa. jikalalau tadi diumpamakan dengan bulan dan matahari, bagaimana seandainya dianalogikan dengan sebuah perbuatan, misalkan senyuman. sama dengan yang di atas, andaikan ada orang tersenyum tetapi tidak berasal dari tengah (baca tidak dengan keikhlasan) penerima senyum dalam hal ini yang diajak senyum pasti akan merasakannya. ini juga berlaku pada ucapan ataupun obrolan, jika salah satu yang mengutarakan setengah hati, penerimanya pun dapat merasakannya. bahkan ketika itu tertuang dalam ketikan seperti surat ataupun pesan singkat jika saat melakukannya dengan setengah hati pasti akan terasa bagi pembacanya.
ternyata itu semua berasal dari setengah-setengah. pekerjaan yang dilakukan setengah-setengah tidak akan maksimal dalam perolehan tujuan. mengapa terjadi ke-setengah-setengah-an itu? dapat dijawab: salah satunya adalah karena jiwa dan pikiran masih terbelenggu oleh kabut kehidupan. kabut itu bisa berasal dari dalam diri sendiri, seperti tubuh ini, dapat berubah menjadi kabut. mengapa demikian?
pikiran manusia terkooptasi oleh keinginan (bukan kebutuhan) untuk tampil sempurna dalam membungkus tubuh. andaikan hanya ada jiwa tanpa raga, akankah manusia bekerja untuk sekedar mencari sesuap nasi? akankah ia akan membeli pakaian, rumah, kendaraan, dan aksesori yang lain? kadang demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut digunakan cara-cara yang tidak lazim, bahkan cenderung menghalalkan segala cara.
klise memang, cuma dari yang klise ternyata mampu membuat manusia melakukan hal-hal yang kadang jika dipikir secara jernih menjadi tidak masuk di akal. kembali ke raga, dan kaitannya dengan setengah-setengah, kenapa semua ini bisa terjadi?
karena manusia belum mampu melepaskan diri dari belenggu dunia, dari hal yang paling kecil; raga pembungkus jiwa. untuk menghindari setengah-setengah, mampukah manusia hidup dengan totalitas, tanpa dipusingkan dengan kabut dan belenggu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar